Kamis, 23 Juni 2011

Nabi Palsu di Zaman Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam

بِسْـــــــمِ أللَّهِ ألرَّحْمَنِ ألرَّحِيْ
 
PADA WAKTU RASULULLAH MASIH HIDUP, KEMUNCULAN MUSAILAMAH, SI NABI PALSU, BELUM BEGITU BERPENGARUH. SEBAB, KONTROL RASULULLAH SAW. DAN PARA SAHABAT SANGAT KETAT, SEHINGGA DIA BELUM BERANI MENGUMUMKAN KENABIANNYA YANG PALSU


            Ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup, fenomena nabi palsu sudah muncul. Jadi, bukan perkara aneh bila sekarang Ahmad Moshaddeq mengaku nabi (palsu), ikut-ikut sejawatnya sejak zaman Nabi. Pada zaman Nabi dan kemudian berlanjut pada kekhalifahan Abu Bakar ra., diantara nabi palsu, yang terkenal ialah Musailamah bin Habieb Al-Kadzdzab. Ia berasal dari Bani Hanifah, termasuk rumpun suku di wilayah Yamamah yang telah menerima kerasulan Nabi dan menerima agama yang beliau bawa. Gelar Al-Kadzdzab (Pembohong) diberikan kepadanya dan melekat pada namanya, karena dia telah membohongi semua orang dengan mengaku dirinya sebagai nabi.
          Kisah ini bermula dengan diutusnya Nahar Ar-Rajjal, laki-laki yang dahulu mengikuti Rasulullah berhijrah ke Madinah untuk membimbing kaumnya di Yamamah. Orang ini sangat tekun mempelajari agama dan suka membaca Alquran. Begitu sampai di Yamamah, dia melihat Musailamah Al-Kadzdzab membuat fitnah dengan kata-katanya yang provokatif bak paranormal, “Aku mendengar Rasulullah sendiri bersabda kepada sahabat-sahabatnya, ‘Musailamah bin Habieb adalah pendampingku dalam menyerukan dakwah Islam’.” Maka terdiamlah lelaki yang dipercaya Rasulullah menjadi pembimbing kaumnya itu. Dia sendiri pun terpesona dengan omongan penyair lokal yang bicara seperti menyihir tersebut. Di belakang hari, dia termasuk aktor intelektual yang mendorong Musailamah memperbesar pengaruhnya kepada penduduk Yamamah.
          Hal seperti ini terjadi pada kasus Ahmad Moshaddeq dan Lia Eden, sebab keduanya ternyata berpengetahuan agama Islam sangat minim. Orang lainlah yang membantu mengorganisir gerakannya dengan pengetahuan manajemen dan ilmu agama yang memadai (tetapi diselewengkan).
          Guna meyakinkan mereka, termasuk juga si lelaki bodoh itu, Musailamah memperlihatkan kata yang diakuinya diturunkan dari langit oleh Malaikat Rahman. Katanya, “Surat-surat di dalam ‘alquran’-ku ini diantaranya telah aku terima lengkap. Namun, masih ada sebagian surat yang menyusul pada pertemuan dengan malaikat itu nanti.” Pada hakikatnya, kata-kata yang tersusun di dalam kitab Musailamah Al-Kadzdzab itu hanyalah kalimat yang dikarangnya sendiri.
          Karena, Musailamah berkemampuan menyusun bait serupa mantera yang sering dibaca oleh dukun. Itu karena dia sendiri mengira Rasulullah ahli dalam ilmu perdukunan.
          Pada tahun kesepuluh Hijriyah, Musailamah Al-Kadzdzab menulis surat sebagai berikut: “... Amma ba’du. Aku diciptakan oleh Allah agar menemanimu menyampaikan risalah-Nya di muka bumi ini, wahai Muhammad. Marilah kita bagi separuh dunia ini untuk orang Quraisy dan separuhnya untuk kami. Semoga Bani Quraisy itu bukan orang yang tamak akan harta kekayaan.”
          Dalam kitab Tarikh Al-Thabari, Juz II, halaman 199, Abu Na’iem berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda kepada lelaki itu (yang kemudian memang berkhianat dan menyeberang ke pihak Musailamah), ketika dia sedang membaca kitab karangan Musailamah Al-Kadzdzab: ‘Apakah yang aku sampaikan kepada mereka?’ Dia menjawab: ‘Saya sampaikan apa-apa yang disuruh oleh Musailamah’. Rasulullah bersabda: ‘Demi Allah, kalau tidak karena kerasulanku, sudah tadi aku pukul dagumu!’.”
          Musailamah Al-Kadzdzab dikirimi sepucuk surat oleh Rasulullah yang isinya: “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Dari Muhammad Rasulullah untuk Musailamah Al-Kadzdzab. Semoga keselamatan bagi orang yang mau menerima petunjuk Allah, amma ba’du. Bumi ini adalah milik Allah yang diperuntukkan bagi hamba-Nya yang bertaqwa.”
          Pada waktu Rasulullah masih hidup, kemunculan Musailamah belum begitu berpengaruh, sebab kontrol Rasulullah saw. dan para sahabat sangat ketat, sehingga dia belum berani mengumumkan kenabian palsunya.
          Sampai suatu waktu Al-Ahnaf bin Qais bersama pamannya ingin menemui Musailamah Al-Kadzdzab karena mendengar cerita aneh sekitar dirinya.
          Setelah lama berdiskusi dengan Musailamah Al-Kadzdzab, Al-Ahnaf bin Qais berbincang-bincang dengan si munafik Musailamah.
          Begitu keluar dari rumahnya, Al-Ahnaf berkata kepada pamannya, “Bagaimana kau memahami si Musailamah itu?”
          Pamannya menjawab, “Dia tidak boleh diikuti oleh penduduk, dia lelaki pendusta yang munafik!”
          Berikut ini adalah beberapa contoh dari kata Musailamah Al-Kadzdzab di dalam kitab yang dianggapnya suci.
          Dan anehnya, kitab suci palsu itu seperti buku resep makanan.
          “Melemparkan biji-bijian adalah menanam, memetik buah adalah menuai, butir gandum berjatuhan, yang ditumbuk adalah tepung, yang diperas-peras adalah adonan, dan yang diolah adalah roti, lalu dipanggang, dipotong-potong dan diolesi, maka dikepal sesuap-sesuap, dimakan bersama keluarga dengan minyak samin. Kalian telah diberi kelebihan atas kaum Badui dan masyarakat kota sebelum kalian. Dan peliharalah kedermawanan kalian, dan kezhaliman lenyakpkanlah!”
          Ada lagi: “Demi kambing ciptaan dan seluruh jenis ragamnya, dan kehebatannya, yang kulit hitam dan kulit putih. Dan kambing yang hitam dan susu yang putih. Sungguh adalah suatu keajaiban tiada tara. Telah diharamkan mencampurnya. Namun kalian tidak menghidangkan kurma dan susu murni?”
          Dan ini yang lebih menggelikan, tulisannya berikut ini: “Al-fiil. Maal-fiil. Wa maa adraaka maal-fiil. Lahuu dzanaabun wa biilun. Wa khurthuumun thawiil.” (Gajah. Apa itu gajah? Dan tahukah engkau apa itu gajah? Ia memiliki ekor yang pendek dan belalai yang panjang)
          Ketik Rasulullah wafat, pengaruh Musailamah Al-Kadzdzab mulai meluas di seluruh daerah Yamamah, sehingga mencapai 40.000 orang. Hal ini merupakan tantangan terberat pada awal pemerintahan Abu Bakar ra. Akhirnya, khalifah pertama ini memerangi nabi palsu itu dengan pasukan yang dikomandani oleh Khalid bin Walid ra. Dalam pertempuran yang sengit, pasukan muslimin berhasil mengalahkan pasukan Musailamah Al-Kadzdzab. Hampir 15.000 korban tewas di pihak Musailamah Al-Kadzdzab. Begitu juga, ribuan kaum muslimin syahid. Di antara yang syahid itu, ada kira-kira 70 sahabat yang hafal Alquran.
          Wahsyi, budak hitam yang dulu membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib ra. dan kemudian masuk Islam, berhasil melemparkan tombaknya menembus dada nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab hingga tewas.
          Dengan tewasnya Musailamah Al-Kadzdzab, redalah gerakan orang Arab yang murtad. Begitu juga, hilang pula nabi-nabi palsu, dan Islam berjaya di Timur Tengah hingga beberapa abad kemudian.

Sumber: Majalah ALKISAH No. 24 Tahun V, Halaman 28-30.

 
de